Kamis, 29 Juli 2021

 

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESIAPAN SUKSESOR TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN KELUARGA PADA USAHA DIKA BAN KALASAN 

 

 


 

Disusun Oleh :

 

Adi Mustofa (18.92.0050) 

M Musrifin (18.92.0109) 

Kuncoro Bayu Aji (18.92.0071) 

 

 

 

PRODI S-1 KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL

UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

TAHUN 2021









Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas kewirausahaan ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan jurnal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru pada mata kuliah Family business.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai berbagai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.



             1.  Latar Belakang

Bisnis-bisnis entrepreneurship yang berkembang di Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi negara. Menurut survei Price Waterhouse Coo- per (PWC) di tahun 2014 dan 2015, lebih dari 40.000 orang terkaya di Indonesia memiliki perusahaan keluarga dengan omset sekitar 5–10 juta USD dan total kekayaan mencapai 134 juta USD, nilai ini sekitar 25% dari Produk Domestik Bruto Indonesia (Price Waterhouse Cooper, 2014). Price Waterhouse Cooper (2014) juga mengatakan perusahaan keluarga merupakan salah satu jenis perusahaan yang ada di Indone- sia, dan lebih dari 95% bisnis di Indonesia merupakan bisnis keluarga. Beberapa contoh dari perusahaan keluarga yang terkenal di Indo- nesia adalah Astra Group, Bakrie Group.

Berbagai macam jurnal membahas tentang definisi dan ciri-ciri perusahaan keluarga, bera- gam definisi telah dikemukakan oleh para peneliti sebelumnya. Menurut Diéguez-Soto et al. (2015) definisi perusahaan keluarga belum dapat dide- finisikan dengan pasti, karena definisi perusahaan keluarga dapat dibedakan dari beberapa kriteria seperti kepemilikan, kontrol, dewan direksi, ma- najemen, pengakuan perusahaan sendiri, suksesi lintas generasi, generasi ganda, dan nilai-nilai keluarga serta bisnis. Salah satu hal yang membe- dakan perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga adalah relasi dan perspektif tentang generasi penerus (Aronoff & Ward, 1995).

Walsh (2011) mengatakan bahwa sekitar 70% perusahaan keluarga tidak dapat bertahan hingga generasi kedua, dan 90% tidak akan bertahan hingga generasi ketiga. Motwani et al. (2006) mengatakan bahwa rencana suksesi, komunikasi, dan pelatihan merupakan hal yang penting dalam perusahaan keluarga, tanpa memedulikan ukuran dari perusahaan keluarga yang dimiliki. Penelitian juga membuktikan bahwa 85% pemilik perusahaan keluarga perlu mendidik suksesor potensial perusahaan secara jelas dan tepat.

Proses suksesi yang tidak berjalan dengan baik tidak hanya menimbulkan dampak serius pada hubungan keluarga dan bisnis, namun juga berdampak serius pada perkembangan ekonomi negara, di dalam perusahaan keluarga juga akan ada konflik internal yang dapat mengganggu keberlangsungan proses suksesi (Buang et al., 2013 dalam Mokhber et al., 2017).

Terkait dengan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesiapan suksesor terhadap kinerja perusahaan keluarga. Hasil penelitian akan dapat berguna untuk perusahaan keluarga khususnya DIKA BAN KALASAN.


2.      Tinjauan Pustaka

         2.1  Perusahaan Keluarga

Perusahaan keluarga adalah perusahaan yang terdapat paling sedikit dua generasi yang terlibat di dalam kegiatan produksi dan generasi kedua dapat memengaruhi kebijakan perusahaan (Setiawan & Susanto, 2018). Ciri-ciri yang dimiliki oleh perusahaan keluarga yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh anggota keluarga tunggal lebih dari 50% dan perusahaan dikelola oleh mayoritas anggota keluarga dan pemilik saham mayoritas (Bizri, 2016). Selain definisi yang telah tertulis di atas, definisi perusahaan keluarga juga dapat dibedakan dari beberapa kriteria seperti kepemilikan, kontrol, dewan direksi, manajemen, pengakuan perusahaan sendiri, suksesi lintas generasi, generasi ganda, dan nilai-nilai keluarga serta bisnis (Diéguez- Soto et al., 2015).

2.2  Rencana Suksesi

Proses suksesi internal dalam bisnis keluarga menjadi permasalahan yang penting dan sangat kompleks (Kamei & Dana, 2012). Menurut Bozer et al. (2017) ada empat protagonis dalam bisnis keluarga yang dipandang memiliki penga- ruh langsung terhadap proses suksesi. Mereka didefinisikan sebagai berikut.

·   Generasi pendahulu (incumbent): pendiri dan anggota keluarga yang memegang posisi manajemen senior dalam bisnis dan telah melepaskan atau hendak menyerahkan jabat- an tersebut kepada anggota keluarga baru.

·     Generasi penerus (successor): anggota keluarga yang telah atau akan mengambil alih posisi kepemimpinan dari incumbent.

·     Keluarga:   anggota   keluarga   yang   terlibat dalam bisnis harus membawa sifat, budaya dan juga nilai yang terkandung di dalam keluarga, terutama dengan menentukan ke- giatan manajemen harian dan tujuan strategis perusahaan.

·     Anggota non-keluarga: karyawan yang bekerja dalam bisnis.

 

           2.3  Kinerja Perusahaan Keluarga

Kinerja perusahaan tentunya menjadi salah satu ukuran utama dalam manajemen dan bisnis. Kinerja perusahaan keluarga sendiri masih memiliki definisi yang belum dapat disetujui bersama oleh para peneliti (Venkatraman & Ramanujam, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Chu (2011) mengatakan bahwa perusahaan keluarga dengan skala yang lebih kecil memiliki kinerja bisnis yang lebih baik dikarenakan hu- bungan anggota keluarga yang lebih dekat, di mana hal ini memfasilitasi komunikasi antar- anggota keluarga. Definisi luas dari kinerja bisnis sendiri dapat dilihat melalui kinerja finansial dan non-finansial (Mokhber et al., 2017). Indikator tersebut meliputi return on investment (ROI), sales growth, market share, product/service quality, dan operational efficiency (Kim & Gao, 2013).

2.4    Hubungan antara Tingkat Kesiapan Suksesor dan Kinerja Perusahaan Keluarga

Kesiapan suksesor dapat dihubungkan de- ngan kinerja perusahaan keluarga. Semakin tua usia pemilik, maka pengalaman kerja yang dimiliki akan semakin banyak dan hal ini tentunya berkontribusi terhadap kesuksesan kinerja per- usahaan keluarga. Selain itu, dapat dikatakan bahwa pengalaman suksesor di perusahaan luar sebelum masuk ke perusahaan keluarga menjadi aset penting bagi suksesor (Barach & Ganitsky, 1995). Mokhber et al. (2017) juga menemukan bahwa perusahaan keluarga perlu mengalokasi- kan anggaran keluarga untuk memastikan suksesor benar-benar siap untuk proses suksesi Berdasarkan kajian literatur di atas maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah tingkat kesiapan suksesor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga.

H1: Tingkat kesiapan suksesor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga

 

 

      3.      Metodologi Penelitian

            Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kuantitatif.

         3.1  Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota dari Family Business Dika Ban Kalasan. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive random sampling. Chin (1998) mengatakan bahwa jumlah sampel minimal adalah 10 kali dari besarnya indikator terbanyak dalam sebuah variabel. Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara lansung dan juga kuisioner online.

       3.2  Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kesiapan suksesor (X1), dan kinerja perusahaan keluarga (Y).

1.     Tingkat Kesiapan Suksesor

Morris et al. (1996) menyatakan bahwa ting- kat kesiapan suksesor dapat dilihat dari ke- mampuan berbisnis yang sesuai, kemampuan untuk mengatur perusahaan, memiliki penge- tahuan operasional perusahaan, dan memiliki sikap baik untuk memastikan operasional perusahaan berjalan dengan lancar. Indikator dalam variabel ini adalah sebagai berikut.

  • Education: Tingkat pendidikan akhir suksesor
  • Work experience outside family firm: Pengalaman bekerja di luar perusahaan keluarga 
  • Motivation to join  family firm: Motivasi atau dorongan untuk bergabung ke dalam perusahaan keluarga
  •   Self-perception of   preparation Persepsi individu suksesor tentang kesiapan diri
         2.    Kinerja Perusahaan Keluarga
           Definisi luas dari kinerja bisnis sendiri dapat dilihat melalui dua sisi: kinerja finansial dan            nonfinansial (Mokhber et al., 2017). Indikator dalam variabel ini adalah sebagai berikut
  •   Sales growth: pertumbuhan tingkat pen- jualan perusahaan.
  • Market share: bagian pasar yang dikuasai perusahaan.
  •  Product/service quality: kualitas dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan
  • Operational efficiency: Efisiensi kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan.

       3.3   Metode Analisis Data

    Analisis data kualitatif merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan pada data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bukan dalam bentuk angka atau bilangan dan biasanya berupa data informasi yang berbentuk teks, kalimat verbal maupun narasi. Metode analisis data ini merupakan metode dengan menggunakan wawancara dan observasi dengan menjawab pertanyaan seperti apa, mengapa atau bagaimana, studi literatur dan dari sumber yang bermacam-macam serta dilakukan secara terus menerus. Selanjutnya dari keseluruhan data tersebut dilakukan proses pengklasifikasian berdasarkan kebutuhan dengan proses pencodingan. Tahap terakhir pada metode ini adalah interpretasi data.

4.      Hasil dan Pembahasan

dari hasil wawancara, didapatkan data bahwa pemimpin perusahaan keluarga dika ban kalasan sangat memperhatikan tingkat kesiapan suksesor dengan cara memberikan kesempatan kepada calon suksesor untuk mengurus atau menjalankan anak perusahaan tetapi tetap dengan pantauan langsung dari pimpinan perusahaan. menurut pemilik dika ban kalasan, waktu untuk mempersiapkan suksesor itu tidak memiliki patokan khusus untuk waktunya, karena setiap orang memiliki tingkat percaya diri, tingkat berani, tingkat dewasa yang berbeda beda, sehingga kapan waktu atau suksesor dapat disebut siap, itu tergantung dari prespektif pemilik usaha sebelumnya, jika menurut pemimpin atau pemilik usaha calon suksesor sudah siap, maka proses suksesi baru atau bisa dilaksanakan, karena suksesi sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup suatu perusahaan

      4.1   Pengujian Hipotesis

Tingkat kesiapan suksesor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga dengan nilai t-statistik 1,726. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dari penelitian ini “tingkat kesiapan suksesor berpe- ngaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga” dapat diterima.

4.2  Pembahasan

    Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ting- kat kesiapan suksesor berpengaruh positif dan sig- nifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga. Te- muan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ting- kat kesiapan suksesor dalam sebuah perusahaan keluarga, maka kinerja perusahaan keluarga juga akan meningkat. hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Mokhber et al. (2017) yang me- ngatakan tingkat kesiapan suksesor memberi pe- ngaruh positif pada kinerja perusahaan keluarga. Suksesor yang tergabung dalam Family Business Community Universitas Ciputra harus terus belajar, menambah pengalaman, dan mempersi- apkan diri agar kinerja perusahaan keluarga dapat terus terjaga. Suksesor yang siap akan memastikan kinerja perusahaan keluarga dapat berjalan. Ra- madani et al. (2017) mengatakan berbagai macam metode dilakukan pendiri perusahaan dalam memfasilitasi suksesor, salah satunya adalah mem- beri akses untuk pendidikan, suksesor harus di- bekali pengetahuan dan pengalaman sebelum mengatur perusahaan keluarga secara langsung.

5.    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tingkat kesiapan suksesor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga harus dapat mempersiapkan calon suksesor yang potensial bagi per- usahaan agar keberlanjutan bisnis tetap terjaga. 

     6.     Saran

  • Meningkatkan kepedulian generasi sebelumnya (incumbent) terhadap calon generasi penerus (successor), sehingga generasi penerus siap dalam proses suksesi yang akan dilakukan dan menjaga Kinerja Perusahaan Keluarga. Suk- sesor harus dipersiapkan dengan sungguh-sung- guh untuk menyalurkan potensi diri dan berkon- tribusi untuk perusahaan keluarga.
  • Suksesor perlu untuk mempersiapkan diri untuk meneruskan perusahaan keluarga mereka masing-masing. Self-perception juga tidak lepas dari salah satu aspek yang harus disiapkan suk- sesor. Persepsi individu setiap suksesor harus menganggap diri mereka siap agar muncul rasa percaya diri dan menjaga kinerja perusahaan keluarga stabil atau meningkat.

 

Selasa, 01 Oktober 2019

Perbedaan Visi, Misi dan Goal Perusahaan Maupun Organisasi


1. Visi- Sesuatu gambaran yang besar akan sebuah masa depan yang belum dicapai tetapi Anda yakin akan bisa tercapai 

PERUSAHAAN ANDA INGIN MENJADI SEPERTI APA?

2. Misi- Langkah-langkah bagaimana cara mewujudkan visi/agenda utama yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai visi 

APA YANG INGIN DILAKUKAN PERUSAHAAN ANDA SAAT INI?

3. Tujuan/Goal- Rencana terperinci bagaimana mewujudkan misi agar misi mendukung visi


Dari Segi Tujuan :

Visi : Menyampaikan tujuan akhir yang ingin di capai suatu organisasi. Sedangkan
Misi : Menyampaikan agenda utama yang ingin dicapai suatu organisasi saat ini.

Dari Segi Instrumen :

Visi : berisi Nilai dan tujuan. sedangkan 
Misi : berisi tentang apa yang ada didalam Nilai dan Tujuan, seperti Pelanggan, produk/jasa, pasar, teknologi, fokus kepada keberlangsungan hidup organisasi, filosofi, fokus pada image, fokus pada pengelolaan karyawan.

Dari Segi Waktu :

Visi : berorientasi masa depan. sedangkan
Misi : lebih ke saat ini (periode waktu yang telah ditentukan)

Dari Segi Pengembangan :

Visi : fokus ke Karyawan Perusahaan/anggota organisasi. sedangkan
Misi : fokua ke karyawan, pelanggan, suplier, distributor, kolega dan komunitas

Dari Segi Proses Perubahan :

Visi : Jarang dilakukan perubahan, karena membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai visi suatu organisasi. sedangkan
Misi : dapat dirubah setelah organisasi dapat meraih misi sebelumnya (sering terjadi setelah 5 tahun)


MENGAPA PERLU VISI DAN MISI ?

  Visi dan Misi adalah cita-cita sekaligus sasaran (goal) dari perusahaan atau organisasi kita sendiri. cita-cita itulah yang harus kita komunikasikan kepada para karyawan/anggota dan juga kepada masyarakat agar mereka mendukung usaha kita. adanya cita-cita akan memudahkan kita untuk mencapai tujuan, sedangkan jika kita belum atau tidak memiliki cita-cita, sistem atau susunan kegiatan/rencana yang kita buat akan tidak ada ujungnya karena tidak ada yang dituju.




Jumat, 27 September 2019

Pengertian dan Elemen Strategi Pemasaran serta Konsep Sistem Informasi Pemasaran(SIP)

  Strategi Pemasaran adalah Alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Elemen Strategi Pemasaran :

- Pemilihan pasar 
- Penetapan harga 
- Perencanaan produk 
- Sistem distribusi
- Komunikasi pemasaran

Titik Tolak Pemasaran :

- Kebutuhan : suatu keadaan dirasakannya ketidakpuasan dasar tertentu. Contoh: sandang, pangan, papan, harga diri (lihat teori Maslow)
- Keinginan :  kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih mendalam.
- Permintaan : keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan.
- Produk : segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk dapat berupa barang ataupun jasa.

Intisari Pemasaran : Menciptakan nilai pelanggan yang lebih besar daripada yang diciptakan oleh pesaing. di dalam menciptakan nilai itu ada beberapa hal yang harus diketahui

- Nilai : perkiraan pelanggan atas seluruh kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhannya (manfaat atau kepuasan yang dirasakannya : harga atau biaya)
- Harga :  biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan.
- Kepuasan Pelanggan : perasaan senang atau kecewa pelanggan yang berasal dari perbandingan antara kinerja produk dengan harapannya.
- Transaksi :  perdagangan nilai antara dua pihak atau lebih.
- Pasar : semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut.
- Pemasar : seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan terlibat dalam pertukaran nilai.
- Pembeli :  seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai.



Konsep/Model Sistem Informasi Pemasaran  :


























Subsistem Input Pemasaran:

• Sistem Informasi Akuntansi: memberikan data terperinci dan berkaitan dengan masalah keuangan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar perusahaan. 
• Riset/penelitianpemasaran: memberikan fasilitas untuk merancang, mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data hasil riset di bidang pemasaran secara sistematis. Data yang dikumpulkan dalam subsistem ini ada dua jenis, yaitu data primer (kuesioner, survei, observasi, dsb) dan data sekunder (dari sumber intern seperti laporan rugi laba, neraca, laporan statistik: buku, jurnal). •Intelejenpemasaran: mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan lingkungan perusahaan khususnya mengenai pesaing untuk membantu para manajer mempersiapkan dan menyempurnakan rencana pemasaran. 

Subsistem Output Pemasaran:

• Subsistem informasi produk: memberikan informasi apa saja yang berkaitan dengan produk yang dijual oleh perusahaan misalnya siklus produk, harga produk, spesifikasi produk dan sebagainya. 
• Subsistem informasi harga: memberikan informasi tentang harga setiap produk yang dijual.
• Subsistem informasi tempat: memberikan informasi tentang bagaimana produk didistribusikan kepada konsumen. 
• Subsistem informasi promosi: memberikan informasi tentang komunikasi pemasaran seperti apa yang paling efektif.
• Subsistem informasi bauran terpadu, merupakan penggabungan informasi dari keempat subsistem diatas.

Rabu, 25 September 2019

Pengertian dan Klasifikasi Industri Kreatif

   Industri Kreatif memiliki banyak Definisi, tetapi pada umumnya mengacu pada pengertian 
bagaimana usaha-usaha mentransformasikan kreativitas individu, kecakapan dan ketrampilan ke dalam bentuk nilai tambah.

Karakteristik Industri Kreatif :

- Ketidak tetapan(Fluktuasi) pertumbuhan nilai tambah
- Fluktuasi tersebut diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan
- Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tinggi
- Memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yg relatif konstan

Klasifikasi Industri Kreatif Menurut UNCTAD (United Nations Conference On Trade and Development) yang merupakan Organ Utama Majelis Umum PBB dalam menangani isu perdagangan , investasi, dan pembangunan.


























     HERITAGE

- Ekspresi budaya tradisional : seni dan kerajinan, festival dan perayaan / pertunjukan
 - Situs budaya : situs arkeologi, musium, perpustakaan, ekshibisi, dll

ART

- Seni visual : lukisan (painting), patung (sculpture), fotografi dan barang2 antik

MEDIA

- Percetakan dan media penerbitan : buku, surat kabar, publikasi lainnya
- Audio visual : film, TV, Radio, siaran lainnya

FUNCTIONAL CREATION (kreasi fungsional)

- Desain : interior, grafik, mode, perhiasan
- Media baru : perangkat lunak, permainan vidio (vidio games), konten kreatif digital lainnya
- Jasa-jasa kreatif : arsitektur, periklanan, budaya dan rekreasional, riset dan pengembangan kreatif, digital dan jasa2 kreatif lainnya.



Klasifikasi Industri Kreatif Menurut DEPARTEMEN PERDAGANGAN RI :

1. Periklanan                                     8.Permainan interaktif
2. Arsitektur                                       9. Musik   
3. Pasar barang dan seni                 10. Seni pertunjukan
4. Kerajinan                                      11. Penerbitan dan percetakan
5. Desain                                          12. Layanan komputer dan perangkat lunak
6. Pakaian                                        13. TV Radio
7. Vidio film fotografi                         14. Riset dan pengembangan



Klasifikasi Industri Kreatif Menurut BEKRAF INDONESIA :





















Peran Industri Kreatif :

        Berperan penting dalam perekonomian nasional maupun global karena memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek kehidupan baik secara ekonomi maupun non-ekonomi.


- Berkontribusi terhadap produk domestik bruto
- Menciptakan lapangan kerja
- Mempertinggi ekspor
- Meningkatkan iklim bisnis
- Dampak terhadap sektor lain
- Dampak terhadap aspek sosial
- Dampak terhadap pelestarian budaya


Keunggulan Industri Kreatif :

- Kebutuhan terhadap modal uang dan material relatif lebih kecil
- Fleksibel terhadap perubahan sehingga lebih tahan terhadap goncangan eksternal
- Kelincahan dalam bermain terutama distribusi dan pemasaran.